Selamat Datang Selamat Menikmat

Sudah Saatnya Agama Menjadi Jalan Keluar Bagi Kesulitan di Muka Bumi

Entri Populer

Kamis, 05 Mei 2011

Kriteria Agama Yang Benar

Agar bisa mengenali apa yang dimaksud sebagai agama yang benar, kita perlu
melihat tiga hal. Pertama adalah melihat apa yang menjadi ajaran agama itu
mengenai Tuhan. Yang dimaksud adalah bagaimana pandangan agama itu
berkaitan dengan Ke-Esa-an, kekuatan, pengetahuan, kesempurnaan,
keagungan, pengganjaran hukuman, pemberian rahmat dan sifat-sifat Ilahi
lainnya. Kedua, perlu bagi seorang pencari kebenaran untuk menanyakan apa
yang diajarkan agama bersangkutan berkaitan dengan dirinya sendiri. Apakah
ada dari antara ajaran agama itu yang akan mencederai hubungan antar
manusia, atau menyebabkan manusia melakukan hal-hal yang tidak sejalan
dengan kepatutan dan kehormatan, atau b ertentangan dengan hukum alam,
atau tidak mungkin dapat dipatuhi atau dilaksanakan, atau bahkan
membahayakan jika dikerjakan. Juga perlu memperhatikan apakah ada ajaran-
ajaran penting bagi pengendalian kesemrawutan, malah ditinggalkan. Begitu
pula, perlu kiranya mengetahui bagaimana agama itu mempresentasikan
Tuhan sebagai yang Maha Pengasih, dengan Wujud mana hubungan harus
dihidupkan dan apakah ada mengatur petunjuk-petunjuk yang akan
menuntun seseorang dari kegelapan kepada pencerahan, dari keadaan acuh
menjadi eling ( selalu ingat). Ketiga, perlu bagi seorang pencari kebenaran
untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tu han yang dipresentasikan oleh
suatu agama bukanlah sosok yang didasarkan pada kisah dan dongeng atau
menyerupai barang mati. Beriman kepada sosok tuhan yang menyerupai benda
mati dimana keimanan kepadanya bukan karena adanya manifestasi dirinya
tetapi karena rekayasa fikiran manusia, sepertinya  menyudutkan Tuhan yang
sebenarnya. Tidak ada gunanya beriman kepada Tuhan yang kekuasaan-Nya
tidak bisa dirasakan dan yang Dia sendiri tidak memanifestasikan tanda-tanda eksistensi-Nya. 

Tuhan fiktif yang eksistensinya tidak bisa mereka buktikan. Apa gunanya
agama yang tidak mengajarkan penyembahan sosok Tuhan yang Maha Hidup?
Tuhan yang mereka kemukakan tidak lebih baik dari bangkai mati yang
berjalan karena ditopang penyangga, dimana jika penyangganya diambil maka
ia akan jatuh ke tanah. Satu-satunya yang mereka peroleh dari agama seperti
itu adalah kefanatikan membuta. Mereka sama sekali tidak takut kepada Allah
dan tidak  memiliki rasa asih kepada umat manusia yang sebenarnya merupakan semulia-mullianya akhlak.



Agama tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang
dilontarkan atas nama agama. Dalam konteks demikian, tidak ada yang
memperhatikan penekanan hawa nafsu batin atau penciptaan silaturrahmi
dengan yang Maha Terkasih. Satu kelompok menyerang kelompok lain seperti
di antara hewan anjing dan setiap bentuk kelakuan buruk dipertontonkan atas
nama agama. Orang-orang demikian tidak menyadari apa tujuan kelahiran
mereka di dunia dan apa  yang menjadi tujuan pokok dari hidup mereka itu.
Mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta menguar
kefanatikan mereka atas nama agama. Mereka mempertontonkan kelakuan
buruk mereka dan menggoyang lidah mereka yang loncer guna mendukung

kriteria agama yang hidup

Tujuan pokok daripada menganut suatu agama adalah kita memperoleh
kepastian berkaitan dengan Tuhan yang menjadi sumber dari keselamatan,
seolah-olah kita bisa melihat Wujud-Nya dengan mata kita. Unsur kejahatan
dalam dosa akan selalu mencoba menghancurkan manusia dimana seseorang
tidak akan bisa melepaskan diri dari racun fatal dari dosa sampai ia itu
meyakini sepenuh hati beriman kepada Tuhan yang Maha Sempurna dan Maha
Hidup, yang menghukum para pendosa dan mengganjar yang muttaqi dengan
kenikmatan yang kekal. Merupakan pengalaman umum bahwa jika kita
meyakini akan efek-efek fatal yang ditimbulkan sesuatu maka dengan
sendirinya kita tidak akan mendekatinya. Sebagai contoh, tidak akan ada orang
yang menenggak racun  secara sadar. Tidak akan ada orang yang secara sengaja
berdiri di depan seekor harimau liar. Tidak juga orang mau memasukkan
tanggannya ke lubang ular berbisa. Lalu mengapa orang melakukan dosa
secara sengaja? Sebabnya adalah karena ia tidak memiliki keyakinan penuh
mengenai h al tersebu t sebagaim ana dengan h al-hal lain y ang dicontoh kan tadi.
Tugas pertama seseorang dengan demikian adalah berusaha memperoleh
keyakinan mengenai eksistensi daripada Tuhan dan menganut suatu agama
yang melalui mana hal itu bisa dicapai,  agar dengan demikian ia akan menjadi
taku t kepada Tuhan dan menjau hi dosa. Lalu  bagaimana bisa memperoleh
keyakinan demikian? Jelas bahwa hal seperti itu tidak akan bisa didapat hanya
melalui dongeng-dongeng. Tidak juga bisa diperoleh melalui argumentasi saja.
Satu-satunya cara untuk memperoleh keyakinan adalah dengan mengalami
pendekatan dengan Tuhan berulangkali melalui bercakap-cakap dengan
Wujud-Nya atau dengan menyaksikan berbagai tanda-tanda-Nya yang luar
biasa, atau juga melalui kedekatan dengan seseorang yang memiliki pengalaman demikian

Rabu, 04 Mei 2011

Penumpahan Darah Atas Nama Agama


Sejarah kehidupan manusia memang diseret-seret melalui debu dan darah. Sejak hari dan saat bila Qabil membunuh saudaranya, Habil, sampai hari ini demikian banyak darah telah mengalir tanpa hak sehingga jika darah itu dikumpulkan maka hari ini darah itu cukup untuk mewarnai pakaian seluruh manusia penduduk persada bumi ini. Bahkan mungkin sisa darah itu akan cukup memerahi pula pakaian hingga keturunan kita yang akan datang. Tetapi disesalkan bahwa hingga hari ini manusia tidak pernah merasa puas minum darah.
Terbunuhnya Habil di tangan Qabil merupakan darah pertama yang tidak berdasar hukum yang telah disebutkan dalam AI-Qur'an dan Bible sebagai peringatan bagi kita untuk selama-lamanya, dan peringatan ini akan terpelihara seterusnya hingga berakhirlah lembaran sejarah hidup manusia dan bila bumi ini akan tergulung habis. Akan tetapi bila manusia memperhatikan kernbali latar belakang sejarah hidupnya lalu sejenak meninjau keadaan sekelilingnya dalam dunia hari ini maka timbul pencelaan menusuk-nusuk dalam hatinya seperti pecahan-pecahan kaca. Sebagaimana dahulu manusia zalim hari ini juga manusia tetap zalim. Sebagaimana dahulu ia kejam, sekarang pun kejam. Kisah kezaliman amat panjang dan bab-bab kisah itu tak kunjung berakhir. Dan haus darah yang bergolak di hati Qabil dahulu, sekarang pun bisa bergolak dalam berbilang dada manusia merupakan bara api yang walaupun beribu tahun lamanya disirami tetap tidak pernah mendingin.
Contoh pembunuhan secara perseorangan pun tiada terhitung banyaknya. Contoh-contoh peristiwa berdarah secara kelompok dan kaum pun tak terhingga banyaknya dan adalah bagaikan gelombang lautan yang tiada hentinya bergerak dari suatu sudut bumi ke sudut bumi yang lain menyerbu penghuninya. Gerombol demi gerombol dan pasukan demi pasukan lasykar keluar dari kubu-kubu menyerbu negeri-negeri. Kaisar pun telah menumpahkan darah seperti juga Kisra. Tangan lskandar Agung dan Nero juga berlumuran darah. Tangan Hulaku dan Jengis Khan pun ketika menghancurkan Baghdad telah memerahi lembaran sejarah sampai hari ini bagaikan rona merah ufuk waktu senja.zamannya. Mereka dihina, diolok-olok pula dan dianiaya seperti orang-orang sebelum mereka. Namun Nabi Nuh serta pengikutnya tetap bersabar mempertahankan pendirian mereka. Hal yang sama juga dilancarkan kepada Nabi lbrahim dan para pengikutnya. Untuk Nabi lbrahim bukan saja api fitnah dinyalakan bahkan betul-betul beliau dilemparkan hidup-hidup ke dalam kobaran api.
Para penentang Nabi Luth yang buta hakikat agama pun memakai nama agama untuk melancarkan penganiayaan terhadap Nabi Luth dan para pengikutnya lalu memberikan juga ancaman-ancaman serupa. Para penentang Nabi Luth mengancam akan mengusir beliau dari negerinya kernudian berulang kali menyerang, mengancam, dan menakut-nakuti agar beliau berhenti dari kegiatan tabligh agamanya. Para penentang Nabi Syu'aib pun melakukan tindakan serupa itu dan berkata kepada
Insert

"Wahai Syu'aib! pilihlah antara dua hal, kamu bersama pengikutmu akan diusir dari negeri ini atau kembalilah ke dalam agama kami. Jika tidak, kami akan melancarkan serangan lalu menyiksa kamu serta pengikutmu. Kamu harus mengubah perilakumu. Oleh sebab itu kami berikan kesempatan untuk meninggalkannya. "Awalau kunna kaarihim?" Hazrat Syu'aib berkata,"Sekali pun hati kami tidak membenarkan agama kamu?"(Al-Araf:89).

Apakah dengan cara macarn ini dapat dibuat seseorang beriman dan mengkuti sesuatu agama padahal hatinya meyakini bahwa agama itu palsu? Dan jika hati ingin lari dan mencari agama yang damai dan mengajarkan kebenaran, apakah dapat dia dipaksakan supaya melawan kata hatinya dan fitratnya ia memeluk agama yang tidak dapat memberikan kepada hatinya ketentraman?
 Jawaban Nabi Syu'aib yang menolak faham "qatli murtad" (menghalalkan pembunuhan bagi orang yang dituduh murtad) berisikan satu dalil yang begitu kokoh-kuat laksana karang sehingga tidak dapat dibantah oleh siapa pun hingga saat ini sebab hati dan akal tiap manusia selalu menjadi saksi, bahwa belum pemah dan tidak akan pernah hati nurani dapat ditâklukkan dengan kekuatan pedang. Kendatipun pedang itu dapat menguasai daging dan tulang tetapi akal, perasaan, dan akidah tidak dapat digoyahkan atau dipaksa.
Karéna, ini adalah suara kata hati nurani manusia yang tidak dapat dirubah dan dasar fitrat yang telah dianugerahkan kepada Adam. Manusia yangterakhir di dunia ini pun akan mati atas dasar fitrat itu. Suara fitrat insani itu tidak dapat ditukar dan tidak dapat berubah dan mereka yang teraniaya dan dituduh murtad dan wajib dibunuh oleh pemimpin-pemimpin yang buta agama, suara hati nurani mereka akan tetap mengumandangkan kebenaran, "Apakah kamu memaksakan kami beriman kepada iktikad-iktikadmu yang rusak sedang hati kami sedikit.pun tidak tertarik kepadanya?" Tetapi sangat disesalkan bahwa dan da
hi orang-orang yang buta agama selalu memusuhi nabi-nabi beserta
pcngikut mereka lalu'memberi fat\va murlad séria wajib dihukum mati
diin menciptakan cara kezaliman yang mencemari citra kcmanusiaan.

orang yang dianggàp murtad, sama sekali tidak tercantum dalam buku-
buku samawi. Maksud saya ialah bahwa ajaran semacarn itu tidak ter-
dapat dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah swt. kepada nabi-nabi.
Jika sesudah wafatnya para Nabi, di masa ratusan tahun kernudian,
orang-orang khianat mengadakan perubahan dalam teks kitab itu atau
menambah ajaran yang membolehkan kezaliman, karena dorongan nap-
su mereka, maka kitab-kitab samawi tidak dapat disalahkan.
AI-Qur'an telah mengernukakan bukti yang nyata berdasarkan fak-
ta-fakta sejarah agama yang tak dapat dipungkiri bahwa para nabi serta
jemaat pengikut mereka yang mukhiis adalah golongan manusia yang
paling banyak menjadi sasaran penganiayaan. Tetapi mereka menerima
segala kezaliman itu dengan sabar dan istikamah, semata-mata karena
Allan. Sesudah membaca sejarah ini, siapa pun — biar bagaimana pun
kurang akalnya — tidak dapat mengatakan bahwa kezaliman tetap diizin-
kan oleh agama terhadap mereka yang meninggalkan suatu agama. Para
nabi memang mengajarkan untuk meninggalkan suatu agama serta me-
narik masuk ke dalam agama lain. Jika mereka sendiri yang menga-
jarkan demikian maka bagaimana boleh jadi bahwa hanya semata-mata
karena seseorang meninggalkan sesuatu agama memasuki agama lain
lantas terhadap dia dibenarkan melakukan suatu bentuk kekerasan dan
penganiayaan? Dari AI-Qur'an juga dapat kita ketahui bahwa bukan ha-
nya terhadap jemaat nabi-nabi bahkan sesudah mereka juga para peng-
ikut mereka sesudah ratusan tahun berlalu pun dianiaya oleh orang-
orang zalim pada zamannya dengan mengatasnamakan agama. Tetapi
perbuatan mereka itu tidak mendapât ridha dan restu llahi dan keza-
liman semacarn itu terlalu asing dan jauh dari agama. Sehubungan de-
ngan itu AI-Qur'an mengernukakan "Ashhabul Kahfi" sebagai misai.
Mereka itu adalah orang-orang Kristen yang selama tiga abad menjadi
sasaran penganiayaan musuh-musuh Kristen. Mereka begitu dianiaya
dan disiksa sehingga bila teringat akan peristiwa sadis itu siapa pun
tidak dapat menahan cucuran air mata. Saya sendiri telah menyaksikan
bangunan-bangunan itu tempat orang-orang Kristen pemah dipenjara
dan disiksa itu. Bangunan-bangunan itu disebut "Collisium." Dizaman
Romania purbakala, tempat-tempat itu merupakan teater-teater yakni
tempat-tempat tontonan. Di tempat-tempat itu diadakan adu kekuatan
antar gladiator-gladiator atau singa-singa dan banteng-banteng.
Menurut AI-Qur'an, tempat-tempat tontonan itu dijadikan sarana
untuk menyiksa orang-orang Kristen. Di satu pihak di dalam kandang-

18


kandang itu ditempatkan singa-singa dan binatang-binatang buas yang
iengaja dibiarkan lapar taupa diberi makan berhari-hari, sedang di lain
pihak mereka menempatkan orang-orang Kristen yang dituduh murtad
atas fatwa ulama-ulama mereka karena keluar dan agama tradisi mereka
-dan masuk agama bani.
Jadi dalam penjara itulah "orang-orang murtad" disekap dan dibiar-
kan lapar dalam keadaan telanjang dan berhari-hari tidak diberi makan
dan minum sehingga berdiri pun mereka tidak sanggup lagi karena 1e-
mahnya. Kebalikannya, binatang-binatang buas yang lapar dan haus
menjadi tambah buas lalu dilepas masuk penjara dengan amat mengeri-
kan dan menerkarn mangsa mereka. Tentu saja binatang-binatang buas
itu melahap mereka sampai tulang-tulangnya pun habis  dikunyah me-
reka. Itulah tontonan yang mereka saksikan dengan sorak-sorai karena
gembiranya bahwa itulah hukuman bagi orang-orang yang murtad.
Setelah itu mereka kernbali ke rumah dengan berseri-seri meneriakkan
slogan-slogan kernenangan karena telah menumpas fitnah dengan cara
mengesankan, yaitu, menganiaya orang-orang yang dituduh murtad dan
sesat.
Kadang-kadang mereka melepaskan kawanan banteng liaryang
sudah sangat menderita karena kelaparan. Lalu binatang itu seolah-
olah nienjadi gila menyaksikan lingkungan yang asing bagi mereka serta
menyaksikan pernandangan yang aneh adanya manusia yang begitu
banyak itu. Dan bila orang Kristen yang sedang dianiaya itu maju ke
arah banteng-banteng itu maka dengan mata merah berlumur darah dan
Suara nafas mendengus, hewan-hewan itu menerkarn, menanduk, dan
menginJ'ak-inJ'ak mangsa mereka di bawah kaki mereka» Bersama suara
' ~dan nafas mendengus itu kedengaran juga jeritan tangis manusia yang
,niengerikan di tengah gemuruh sorak-sorai penonton.
Tetapi di tengah arnukan binatang dan hewan buas itu orang-
orang mukmin itu tetap memperlihatkan keteguhan pendirian mereka.
~ereka pantang mundur, menyerahkanJ'iwa dimakan singa dan binasa
çlitanduk banteng-banteng.
Penganiayaan ini terus-menerus berlangsung dan masa ke masa
.s~lama tiga abad sampai pada akhimya ketika para pengikut Kristen
Àerasa tidak ada lagi bagi mereka tempat berpijak di atas bumi ini. saat
itulah mereka melarikan diri.